Rabu, 16 November 2016
Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menghadiri peluncuran buku 'Maximus dan Gladiator Papua' di Polda Metro Jaya. Saat menghadiri acara tersebut, Tito mengenakan mahkota khas Papua mahkota wolem eri (mahkota burung cenderawasih).
Tito tiba di Gedung Balai Pertemuan Metro Jaya sekitar pukul 11.00 WIB, Rabu (16/11/2916). Ia disambut oleh Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan dan penulis buku, Maximus Tipagau.
Peluncuran buku tersebut dihadiri sejumlah pejabat polisi dan pejabat pemerintah yang berasal dari tanah Papua. Hanya saja, wartawan tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan peluncuran buku tersebut.
Tito menjadi tamu kehormatan untuk peluncuran buku karya Maximus ini. Tito memang memiliki kedekatan khusus dengan Maximus saat dirinya menjabat sebagai Kapolda Papua tahun 2012-2014.
Foto: Kapolri Jenderal Tito/ Amel detikcom
Maximuslah yang mengajak Tito ke puncak Gunung Carstensz saat bendera merah putih untuk pertama kali dikibarkan. Maximus dikenal juga sebagai pendaki yang berhasil membawa wisatawan asing mendaki puncak Carstensz yang kemudian berhasil membuat usaha di sektor pariwisata PT Adventure Carstensz.
Maximus Tipagau adalah putera Papua yang berasal dari lereng puncak Gunung Carstensz, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Sosok Maximus lebih dikenal sebagai pencetus 'dokter terbang' di Papua yang membantu memberikan fasilitas kesehatan bagi warga Papua.
Buku tersebut mengisahkan perjuangan Maximus yang menginspirasi semua orang. Dalam bukunya itu, Maximus menceritakan perjuangan hidupnya sejak kecil, hingga bekerja di Freeport. Ia juga mengungkapkan sekelumit soal Freeport dalam bukunya itu.
Maximus kecil hidup dalam serba keterbatasan. Impiannya untuk belajar pun nyaris pupus karena OPM (Organisasi Papua Merdeka) menghancurkannya.
Maximus harus berjalan sejauh 4 Km dari rumahnya untuk berangkat ke Sekolah Dasar Galugama. Sejak kecil, Maximus sudah membanting tulang hanya untuk sesuap nasi.
"Saya mengenal nasi saja ketika usai sudah enam tahun, itu pun hanya keraknya saja yang saya ambil dari dasar wajan ketika saya membantu mencuci piring milik guru SD saya," tulis Maximus dalam bukunya.
Setelah beranjak dewasa, Maximus pun tetap bekerja keras. Hingga akhirnya ia berhasil masuk bekerja di perusahaan tambang Freeport.
Foto: Kapolri Jenderal Tito/ Amel detikcom
Namun ia kemudian memutuskan untuk keluar dari Freeport. Ia berpikir, bisa saja menikmati kesuksesannya bekerja di Freeport. Namun, sebagai orang Papua yang dibesarkan dan hidup di 'halaman belakang' Freeport, ia menemukan ironi lain.bBahwa saudara-saudaranya di Ugimba tetap terbelakang.
"Bagaimana bisa, saudara-saudara saya yang tanah ulayatnya menjadi titik sentral produksi Freeport tak terdorong kesejahteraannya? Padahal kami tinggal hanya belasan kilometer dari Grasberg," tulisnya lagi.
Atas dasar itulah, kemudian lahir bukunya yang bertajuk 'Maximus dan Gladiator Papua'. Maximus ibarat seorang gladiator yang berjuang mempertahankan martabat sukunya di tengah gempuran pengerukan lahan tambang Freeport. (mei/rvk)
Sumber Artikel : Detik.com
FeedBack