Maximus Tipagau. Lahir pada tahun 1983 di pegunungan tengah Papua dari suku Moni yang tinggal di wilayah yang terisolasi secara geografis. Keterpencilan itu membuat sarana pendidikan dan kesehatan sulit diperoleh. Meski begitu ibunya menyelipkan mimpi tentang pentingnya pendidikan meskipun tak begitu jelas apa target yang ingin dicapainya. Sementara ayahnya memimpikannya menjadi panglima perang bak gladiator seperti dirinya.
Di usianya yang belum genap sepuluh tahun, Maximus mencoba melamar pekerjaan di Tembagapura, kawasan Freeport. Sudah tentu ia diusir-usir sekuriti. Namun, berkat kegigihannya, dengan berbagai strategi yang lugu tetapi cerdik, akhirnya usahanya membuahkan hasil. Ia mendapat pekerjaan sebagai tukang kebun di kompleks pejabat tinggi Freeport. Kelak ia bekerja sebagai tukang kebun di sejumlah rumah yang dihuni para petinggi Freeport. Ia pun akrab dengan beberapa direktur perusahaan itu yang berasal dari AS atau Kanada.
Meski banyak koneksi, untuk bisa bekerja di Freeport ternyata tidak mudah. Apalagi ia tak tamat SD. Namun, ia pantang menyerah. Segala upaya ditempuhnya agar bisa bekerja di Freeport.
Buku ini bercerita tentang bagaimana ia menembus ketatnya penjagaan di Freeport, meyakinkan para petinggi perusahaan itu agar mau mempekerjakannya, dan bagaimana ia belajar untuk meningkatkan karier dari tukang parkir truk hingga jadi operator truk raksasa, bahkan jadi instruktur operator alat berat yang pesertanya para sarjana.
Jumlah Halaman : XXIII + 419
Harga : IDR 105.000,00