Senin, 01 Februari 2021
POJOKSULSEL.com, MAKASSAR – Universitas Hasanuddin menyelenggarakan bedan dan diskusi buku karya sivitas akademika yakni “Damai Di Bumi Sawerigading” karya Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., (Rektor Unhas dan Pakar Sosiologi) dan buku “Hadir Untuk Perdamaian dari Poso ke Afghanistan” oleh dr. Farid Husain, Sp.B.KBD., (Juru Runding Konflik, Dosen FK Unhas).
Bedah dan diskusi buku yang menjadi rangkaian dari launching Pusat Studi Perdamaian, Konflik dan Demokrasi Unhas berlangsung pukul 11.00 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Sabtu (30/1/2021).
Kegiatan diawali dengan penjelasan dr. Farid Husain, Sp.B.KBD., mengenai buku yang ditulisnya berjudul “Hadir Untuk Perdamaian dari Poso ke Afghanistan”. Beliau menuturkan buku ketiga tentang konflik yang ditulisnya tersebut hadir sebagai bentuk dari ide dan gagasan yang patutnya ditulis agar tidak mudah hilang dan lenyap.
Lebih lanjut, dr. Farid menuturkan konflik hadir karena adanya perasaan ketidakadilan dan rasa kecewa dalam berbagai bidang. Perasaan ini akan hilang jika ada kepuasaan yang dirasakan dan berujung pada situasi damai. Perdamaian ini memiliki peran penting dalam membangun bangsa. Pada kesempatan ini, dr. Farid juga menyampaikan beberapa aktifitas beliau dalam mengupayakan perdamaian.
“Laksana seniman, dibutuhkan kreativitas dalam penyelesaian atau antisipasi agar konflik tidak terjadi. Tidak ada resep baku dan berlaku secara umum dalam penyelesaian konflik, ciptakan kepercayaan kepada yang berkonflik sebagai salah satu upaya dari penanganan konflik,” jelas dr. Farid.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., juga memberikan penjelasan tentang buku yang ditulisnya. Beliau menjelaskan buku ini merupakan hasil penelitian penulis, yang bertujuan mencari mekanisme berbasis kultur dan fenomena lokal dalam penyelesaian konflik. Secara khusus, buku ini hadir untuk menjawab pertanyaan kekerasan komunal di suatu tempat, tetapi tidak terjadi di tempat lain, sekalipun memiliki karakter konflik yang sama.
“Konflik Luwu sebagai kajian karena beberapa alasan. Salah satunya konflik dan kekerasan komunal yang terjadi di wilayah Luwu merupakan konflik lokal. Namun, memiliki karakter kekerasan komunal yang terjadi di tempat lain juga representasi karakter kekerasan komunal wilayah lain di Indonesia,” kata Prof. Dwia.
M. Najib Azca, Ph.D., (Ketua Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM) sebagai pembahas memberikan pandangannya tentang dua buku tersebut. Menurutnya, kedua buku ini menyampaikan narasi damai.
Untuk buku damai dibumi sawerigading, narasi damai berada di tingkat lokal dengan corak konflik kekerasan sporadis dan terpencar di tingkat desa. Sementara itu, sumber konflik bukan pada aspek SARA, melainkan motif ekonomi dan perubahan struktural sosial ekonomi dalam proses modernisasi.
“Buku karya dr. Farid, narasi bercorak reflektif, praksis dan biografis mengenai peran dan keterlibatan dalam proses perdamaian di Poso, Ambon, Aceh, Papua hingga Afghanistan. Penulisnya merupakan sosok langka, seorang dokter dengan kecakapan dan kemampuan tidak biasa guna meretas jalan menuju perdamaian,” kata Najib.
Pembahas lainnya, Novri Susan, Ph.D., (Tim Juru Bicara Presiden/Dosen Fisipol Unair) menyampaikan pandangan tentang kedua buku tersebut. Menurutnya, ini merupakan pasangan yang saling melengkapi. Buku karya dr. Farid mengarah pada kegiatan praktik, sementara buku Damai di Bumi Sawerigading lebih kepada aspek akademik.
Setelah menyampaikan pandangan dari penulis maupun pembahas, kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab dari peserta yang bergabung. Kegiatan berlangsung lancar hingga pukul 13.30 Wita.(*/mir/pojoksulsel)
Sumber Artikel : sulsel.pojoksatu.id
FeedBack