Rabu, 08 April 2015
Semarang - Kecintaannya kepada ilmu forensik membuat Kasubbid Dokpol Biddokes Polda Jawa Tengah, AKBP Summy Hastry Purwanti (45), ingin berbagi ilmu dan pengalaman. Hal itu diwujudkan dengan menulis dua buku dan sudah diterbitkan.
Awalnya Hastry terinspirasi oleh buku karangan Prof Black Sue yang mengulas tentang DVI. Ia mengetahui hal itu ketika mengikuti kongres forensik internasional di Belanda tahun 2012 lalu. Dalam buku Prof Black Sue itu, membahas 7 kasus yang ditangani DVI. Hastry kemudian berminat membuat buku karena kasus yang sudah ditanganinya bahkan lebih dari 10 kasus.
"Prof Black Sue membuat buku tentang DVI berisi 7 kasus. Saya sendiri sudah 17 kasus saat itu. Saya punya data akhirnya saya ramu dan jadilah buku," kata Hastry kepada detikcom saat ditemui di kantornya, Selasa (8/4/2015).
Buku pertama berjudul "Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi: Keberhasilan DVI Indonesia Dalam Mengungkap Berbagai Kasus". Dalam buku tersebut Hastry mengulas mulai dari pengertian DVI dan tugas-tugasnya. Buku tersebut diterbitkan bulan Juni 2013 untuk cetakan pertama dan Juli 2013 untuk cetakan kedua.
Peristiwa besar yang dirangkum dalam buku tersebut mulai dari Bom Bali I, bom Hotel JW Marriot, bom di depan Kedubes Australia, tsunami Aceh, jatuhnya pesawat Mandala Airlines, bom Bali II, gempa Yogyakarta, tenggelamnya kapal Senopati, jatuhnya pesawat Garuda di Yogyakarta, jebolnya tanggul Situ Gintung, penanganan bushfire di Victoria Australia oleh tim DVI Indonesia, bom JW Marriot dan Rich Carlton, gempa Sumatera Barat, letusan Gunung Merapi, tenggelamnya kapal imigran gelap di perairan perigi Trenggalek, dan tragedi Sukhoi Super Jet di gunung Salak.
Buku kedua berjudul "Ilmu Kedokteran Forensik Untuk Kepentingan Penyidikan" yang diterbitkan April 2014 oleh penerbit yang sama dengan buku sebelumnya yaitu Rayyana Komunikasindo. Kali ini, Hastry menerangkan soal teknik identifikasi bahkan mulai dari olah TKP.
"Karena saya juga sering kursus ke luar negeri, akhirnya ilmunya saya rangkum menjadi buku. Ini bisa untuk mahasiswa kedokteran, penyidik, atau teman-teman yang ingin tahu," tandas ibu dua anak itu.
Hastry sangat mencintai pekerjaannya. Ia merasa bangga jika hasil kerjanya bisa membantu mengungkap kasus ataupun ketika jenazah tak dikenal bisa teridentifikasi dan diketahui identitasnya hingga bisa kembali ke tangan keluarga. Salah satu kendala dalam pekerjaannya adalah masih kurangnya pemahaman masyarakat akan pentinnya autopsi untuk mengungkap kebenaran. Sampai sekarang masih ada masyarakat yang enggan jenazah keluarganya diautopsi.
"Maka dari itu saya ingin agar masyarakat tahu dan tidak mencegah autopsi. Karena tanpa itu penyidikan tidak pernah bisa terungkap," ujarnya.
Dari autopsi, lanjut Hastry, bisa mengetahui banyak hal antara lain waktu kematian, penyebab kematian, kebenaran lainnya. Ia mencontohkan bulan Februari lalu ada seorang pria yang dilaporkan tewas kecelakaan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ternyata setelah diautopsi, korban diketahui dibunuh dan dibuang di jalan seolah kecelakaan.
"Yang di Kudus itu sudah dikubur, kemudian dibongkar dilakukan autopsi ternyata ada luka senjata tajam dan hantaman benda tumpul di kepala dan leher, itu bukan kecelakaan. Jadi korban dilukai dan dibuang ke jalan. Kasus itu terungkap," katanya.
"Jenazah tak pernah bohong," imbuhnya.
Hastry selalu berhati-hati ketika melakukan proses identifikasi jenazah yang belum diketahui identitasnya. Ia selalu teringat perkataan mantan Kepala Pusat Kedokteran Kesehatan Polri, Brigjen Pol (Purn) Edy Saparwoko.
"Kata-katanya: Lebih baik tidak teridentifikasi daripada salah identifikasi," tegasnya.
Di ruang kerjanya, Hastry menyimpan sejumlah tengkorak dari jenazah yang tidak dikenal dan tidak teridentifikasi. Dengan ilmu forensik yang dimilikinya, Hastry bisa melihat salah satu tengkorak yang berjajar rapi di etalase ujung ruangannya itu cantik semasa hidup.
"Ini cantik, bagian kanan dan kiri simetris. Hidungnya juga mancung. Tengkorak ini sejak tahun 2009," kata Hastry sambil menunjukkan tengkorak tersebut.
Sumber Artikel : Detik.com
FeedBack