Kisah Anak Papua Menggapai Mimpi

Rabu, 16 November 2016

TIDAK banyak anak muda Papua yang bermimpi menjadi pengusaha. Maximus Tipagau, pemuda kelahiran Bulapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, memiliki pilihan berbeda. Pilihannya sebagai pengusaha ternyata mampu membawanya hingga berkelana ke sejumlah negara. Bahkan dialah orang Papua pertama yang dengan uangnya sendiri membawa puluhan orang Papua untuk mementaskan budaya Papua di Eropa.

Lalu, siapa sangka ia kini bekerja di Istana Kepresidenan menjadi staf dari Staf Ahli Presiden yang membidangi bisnis dan wilayah Papua, Lenis Kogoya? Di usianya yang belum 35 tahun ia bahkan pernah dipercaya untuk memimpin delegasi ekonomi ke luar negeri untuk mengembangkan ekonomi Papua.

Kisah kehidupan anak Papua menggapai mimpinya itu kini telah dibukukan dalam buku yang berjudul 'Maximus & Gladiator Papua, Freeport’s Untold Story'. Maximus menulis sendiri buku setebal 424 halaman tersebut.

Tulisannya cukup berwarna. Banyak kisah petualangan ‘ajaib’ yang orang Papua sendiri amat jarang mengalaminya karena halangan tradisi dan keterbelakangan. Seperti kisahnya berburu kuskus di masa kecil bersama ayahnya hingga ke tepi salju abadi di dekat puncak Carstensz yang dingin dengan hanya menggunakan koteka.

Lalu ada juga cerita ketika ia berburu kuskus di malam hari hingga tak sengaja membakar kamp eksplorasi milik PT Freeport Indonesia. Akibatnya ia diburu tentara menggunakan helikopter, padahal saat itu usianya masih delapan tahun. Cerita bagaimana ia bisa bekerja di Freeport pada saat usianya masih 14 tahun juga menjadi sisi yang menarik untuk dibaca.

Menurut Salim Shahab, editor dari penerbit Rayyana yang membantu penyusunan buku tersebut, ada banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari kisah Maximus. Di tengah masyarakat modern saat ini, ketika anak-anak hidup di dunia yang serbainstan dan mudah, kisah Maximus dalam buku ini mengajarkan tentang sebuah hal yang bernama proses.

Dari seorang anak yang nyaris tak punya masa depan, yatim piatu sejak usia tujuh tahun, diabaikan lingkungannya, tak tamat SD, buta huruf, hidup di daerah terpencil yang terisolasi di Pegunungan Tengah Papua, tetapi berkat tekadnya yang kuat ia bisa mengubah hidupnya dengan caranya sendiri.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang turut hadir dalam peluncuran buku di Gedung Balai Pertemuan Metro Jaya, Kamis (16/9), menambahkan, tidak semua orang Papua pemalas dan tidak mampu bersaing dengan orang lain. "Maximus contohnya, ia mampu mendobrak kebiasaan dan suksesnya bukan hanya untuk memakmurkan dirinya sendiri, melainkan juga banyak membantu wilayah di pedalaman Papua." (X-12)

 


Sumber Artikel : Mediaindonesia.com

FeedBack