Sabtu, 15 Agustus 2020
KONTAN.CO.ID - JAKARTA .Perkembangan teknologi telah mengubah kehidupan manusia, industri dan perabadan saat in, tak terkecuali perbankan. Semua itu berawal dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat sejak era 2G, 3G, 4G dan kini menghadapi era 5G.
Dunia perbankan harus bersiap menghadapi dua tantangan besar di era 5G ke depan yaitu Fintech dan Neobank atau The Challenger Bank.
Fintech merupakan jasa keuangan yang digabungkan dengan teknologi dan Neobank adalah bank yang beroperasi secara digital penuh, tanpa kehadiran kantor cabang. Kehadiran mereka telah membawa banyak perubahan terhadap industri perbankan di sejumlah negara.
Kehadiran Fintech dan Neobank tak lepas dari kelanjutan perkembangan teknologi digital era 3G dan 4G. Kini, sebentar lagi kita akan memasuki era 5G.
Era 5G ditandai berbagai kemajuan teknologi yang menakjubkan dan revolusioner. Sebut saja: Artificial Intelligence (AI), Big Data, Cloud Computing, Robotics, Biometrics Recognition, Blockchains, Internet of Things, Virtual Reality, Augmented Reality, dan sebagainya.
Chairman & Founder TEZ Capital Group, Arwin Rasyid, mengatakan, menghadapi kedua tantangan utama perbankan tersebut, maka setidaknya, ada tiga agenda besar yang harus dilakukan perbankan untuk tetap bertahan.
Pertama, adalah Bank harus segera bersiap menyambut datangnya Era 5G dan mengadaptasi berbagai teknologi digital yang relevan bagi peningkatan layanan perbankan. Kedua, melakukan transformasi digital berdasarkan empat pilar budaya: Inovasi, Customer and User Experience (CX & UX), Cross-Selling yang Efektif dan SDM yang terlatih baik.
Ketiga, perbankan harus mengantisipasi bisnis ke depan yang tak hanya berorientasi pada pertumbuhan aset namun juga pada pengembangan konten, dimana perubahan paradigma bisnis perbankan harus menyesuaikan dengan paradigma Fintech dan Neobank yang telah terbukti berhasil meraih kepercayaan masyarakat.
Mantan bankir ini mengatakan, bank hendaknya menyadari bahwa nasabah dalam situasi kehidupan yang semakin complexed and complicated ini akan selalu mencari alternatif yang nyaman, praktis, cepat dan aman dalam aktivitas perbankan mereka.
"Terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, di mana digital services semakin menarik dibanding conventional services. Saatnya bank menyusun langkah strategis baru sebagai agenda besar bank ke depan,” ujar Arwin saat peluncuran bukunya berjudul: “Digital Banking Revolution-Belajar dari Digital CIMB Niaga & Tips Bertahan di Era Fintech”, Jumat (14/8).
Buku tersebut merupakan catatan pengalaman Arwin saat melakukan transformasi digital di CIMB Niaga dan pengamatannya terhadap tantangan terkini industri perbankan nasional terkait perubahan lanskap bisnis keuangan di tanah air bahkan dunia.
Buku yang terbit dalam dua bahasa: Inggris dan Indonesia ini diluncurkan secara virtual melalui Zoom yang diikuti sekitar 800 peserta dari berbagai negara dan disiarkan untuk publik melalui Youtube pada Jumat (14/8/2020).
Peluncuran Buku tersebut juga mendapat Sambutan dari: Wimboh Santoso, Ketua OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Dato Sri Nazir Razak, Founder Ikhlas Capital dan Mantan Presiden Komisaris CIMB Niaga, Prof. Rhenald Kasali, Founder Rumah Perubahan dan Presiden Komisars PT Telkom.
Acara Launching Buku secara virtual tersebut juga disertai Talk Show bertajuk "The Future of Digital Banking and Fintech" yang menghadirkan para pembicara: Riswinandi (Komisioner OJK), Tigor M. Siahaan (CEO Bank CIMB NIaga), dan Adrian Gunadi (CEO Investree).
Mantan Direktur Utama Bank CIMB Niaga mengatakan, dalam buku tersebut, ia berusaha mengurai tuntas tantangan industri perbankan ke depan di era digital.
Arwin berharap buku itu dapat menjadi semacam wake up call atau pengingat terhadap satu momentum dan fenomena penting dalam sejarah perbankan yakni momentum “revolusi digital” yang mungkin terjadi hanya sekali ini, once in a lifetime of our banking history.
Sumber Artikel : kontan.co.id
FeedBack