Menegakkan Emansipasi Perempuan di Polri

Rabu, 15 Juli 2020

Jakarta, Gatra.com – Polisi wanita (polwan) pertama yang meraih pangkat jenderal, mendiang Brigjen Pol. (Purn) Jeanne Mandagi pernah berpesan, “Jangan cuma menjadi bunga penghias ruangan kerja saja.” Nasihat penting itu diterapkan benar oleh Brigjen Pol. Dr. Dra. Juansih, S.H.,M.Hum.; Kombes Pol. Dr. Rinny S.T. Wowor, S. Psi.,M.Psi.; Kombes Pol. Dr. Rosmita Rustam, S.E.,M.E.; Kombes Pol. Dr. Sulastiana, SIP, S.H.,M.Si.; dan Kombes Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM,Sp.F. Tak hanya memburu pendidikan cemerlang sehingga meraih gelar doktor, juga menapaki karir tinggi, kelimanya bertekad membagikan inspirasi pada para polwan generasi berikutnya.

Polwan, sesuai dengan motonya,“Esthi Bhakti Warapsari,” adalah putri-putri pilihan. Namun masih banyak yang melihat polwan sulit berprestasi jika mengandalkan kemampuannya sendiri. Pandangan itu umumnya dikemukakan oleh mereka yang menganggap profesi polisi merupakan profesi laki-laki. Oleh karena itu, sebagian kerap melihat polwan dengan bias gender. Mereka menganggap, jika ada polwan yang bisa menerobos dominasi polisi pria, itu mungkin karena “diberi jalan”.

Menjawab tantangan itulah, kelima polwan tadi menerbitkan buku “Polwan untuk Negeri: Bunga Rampai Pemikiran dan Pengalaman yang Menginspirasi”. Mereka membuktikan bahwa perempuan juga punya kemampuan tak kalah dengan mayoritas pria di Kepolisian RI.

“Dalam era reformasi serta globalisasi seperti saat ini, kesetaraan dan keadilan gender sudah sangat merata di Indonesia. Polwan mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin di berbagai tingkatan jabatan. Di masa depan, tentu tidak menutup kemungkinan dapat menjadi pemimpin di lingkup yang lebih luas seperti Kapolri,” demikian tulis Kapolri Idham Azis dalam sambutannya.

Para penulisnya tercatat meraih sejumlah prestasi. Ada yang merupakan polwan pertama yang menjabat sebagai Kapolres Jawa Timur, ada pula yang pakar forensik. Beberapa yang lain kerap menjadi pembicara di forum internasional juga menjadi dosen tamu di perguruan tinggi Eropa.

Tapi, buku ini bukan soal biografi kelimanya. Buku ini menjadi penting karena membahas pemikiran mereka dalam bidang yang jadi keahlian masing-masing. Oleh karena itu bahasannya menjadi menarik, bernas, inspiratif, berisi, ilmiah, aplikatif, dan penting.

Buku ini terdiri dari 20 tulisan dan dibagi dalam empat bagian utama, yakni Leadership, Kesetaraan Gender, Akademik, dan Praktis (Keahlian).

Bicara soal kepemimpinan, pada tulisan soal “Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Bidang Kepolisian”, ada data menarik yang dipaparkan. Ternyata, berdasarkan riset Harvard Business, kapabilitas pemimpin perempuan rata-rata lebih tinggi daripada laki-laki. Mulai dari soal inisiatif, ketangguhan, orientasi hasil, integritas, kolaborasi, dan sebagainya.

Sementara itu, topik kesetaraan gender dipaparkan dengan sikap yang logis, tidak mengiba, tapi dengan mengedepankan sikap profesional. Bahkan dikaitkan dengan kondisi terkini, yakni peningkatan data breach saat pandemi COVID-19 yang mengharuskan banyak orang menjalani lockdown dan menggantungkan karir, pendidikan, dan kehidupan sosialnya di internet. Bagaimana peran polwan dalam isu penegakan hukum terkait masalah ini.

Aspek akademik bukanlah tulisan panjang membosankan ala ceramah ilmiah, tapi paparan pengalaman nyata yang seru dibahas. Upaya menghadapi kasus-kasus narkotika, intelijen, hingga teroris dibahas panjang lebar pada bagian ini. Ada pula satu tulisan khusus soal forensik oleh Kombes Pol. Sumy Hastry.

Topik penutup tentang keahlian menjawab masalah-masalah yang dihadapi di akar rumput. Termasuk soal kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan pada anak. Semakin lengkap dengan cerita tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri saat kecelakaan Lion Air JT-610 pada 2018 silam.

Disusun hampir selama tiga bulan secara bahu membahu, buku ini selesai tepat pada hari Bhayangkara ke-74 pada 1 Juli 2020.

“Perempuan atau laki-laki, sama dan sederajat secara konstitusional. Negara perlu mengoptimalkan peran serta perempuan di segala bidang,” tulis Presiden RI periode 2001-2004, Megawati Soekarnoputri. “Saya sangat mengapresiasi karya intelektual polwan sebagai wujud eksistensi perempuan Indonesia,” tutup dia.

Sejumlah Polwan berjaga di barisan terdepan saat aksi massa warga empat desa dalam Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi. (GATRA/Ardian Faisal/re1)

 

Judul buku: Polwan untuk Negeri: Bunga Rampai Pemikiran dan Pengalaman yang Menginspirasi

Penerbit Rayyana Komunikasindo, Juni 2020, xviii +488 halaman

Penulis: 

1. Brigjen Pol. Dr. Dra. Juansih, S.H.,M.Hum.

2. Kombes Pol. Dr. Rinny S.T. Wowor, S. Psi.,M.Psi.

3. Kombes Pol. Dr. Rosmita Rustam, S.E.,M.E.

4. Kombes Pol. Dr. Sulastiana, SIP, S.H.,M.Si.

5. Kombes Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM,Sp.F.

 


Sumber Artikel : gatra.com

FeedBack